Dahlia

Sabtu, 25 Februari 2012

Menjadi Orang Yang Didoakan Malaikat

Sungguh berbahagia orang yang termasuk ke dalam kelompok orang yang didoakan oleh para malaikat. Mengapa tidak?

Didoakan oleh saudara kita yang shalih sudah sangat bahagia, karena berharap doanya akan dikabulkan. Maka bagaimana jika yang mendoakan kita adalah malaikat, hamba Allah yang selalu taat dan tidak pernah bermaksiat dan selalu menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Siapakah mereka dan apakah gerangan yang mereka perbuat?

Ada Apa Dengan Bulan Rajab...? [Edisi Khusus]

Jauhnya sebagian umat Islam dari ajaran agamanya mengakibatkan mereka tak mampu membedakan antara ajaran agama atau bukan. Sesuatu yang merupakan ajaran agama terkadang dipandang bukan ajaran agama. Sebaliknya, sesuatu yang bukan ajaran agama justru dipandang sebagai ajaran agama.

Nadzar

Sesungguhnya Islam adalah agama yang mudah dan memberi kemudahan, Nabi telah bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah, maka tidaklah seseorang itu mempersulit agama ini, kecuali dia akan kewalahan sendiri.”(HR. al Bukhari).

Berinteraksi Dengan Al-Qur'an

Di antara nikmat yang layak kita syukuri adalah Allah menurunkan kepada kita al-Qur’an al-Karim, Kitab yang penuh dengan berkah. Allah berfirman, artinya, “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shad:29).

Jangan Lewatkan Ramadhanmu

Sering sekali kita mendengarkan dan membaca hadits-hadits/sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam yang berisikan kabar gembira saat kedatangan bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam menyatakan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan dibukanya pintu rahmat dan pintu surga, ditutup rapat-rapat seluruh pintu Jahannam dan syetan-syetan dibelenggu . Beliau bersabda,

PUASA SYAWWAL

Segala puji bagi Allah subhanahu wat’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga besar serta para shahabatnya.

Berikut ringkasan hukum-hukum seputar puasa enam hari di bulan Syawwal, semoga dapat bermanfa'at bagi semua.

A. Hukumnya

8 Obat Hati

Hati manusia terkadang tidak stabil atau sakit seperti halnya badan. Meskipun berbeda antara sifat maupun obatnya. Apa obat yang bisa dipakai untuk mengobati hati yang sakit? Berikut ini kami sebutkan 8 obatnya. Semoga bermanfaat.

Hati Yang Keras

Allah berfirman, yang artinya, “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. az-Zumar: 22)

Saudaraku…

Pelajaran Dari Kisah Nabi Yusuf

Sesungguhnya di dalam kisah Yusuf terdapat banyak tanda kebesaran Allah yang tidak terhitung, banyak faedah dan pelajaran bagi orang yang beriman. Juga terdapat hukum-hukum yang disimpulkan oleh para ulama. Di antara faedah tersebut adalah,
1. Rumah (keluarga) yang baik akan mencetak generasi yang baik, perhatikan firman Allah, artinya, “Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf: 6)
2. Mimpi yang baik berasal dari Allah, karena Yusuf melihat mimpi yang benar.

Keutamaan Wudhu


Islam adalah agama yang memiliki syariat yang indah. Faedah dan pahala melaksanakan syariat Allah akan kembali kepada umatnya. Di antara syariat Islam yang indah itu adalah wudhu. Wudhu disyariatkan ketika seseorang akan melaksanakan shalat, thawaf di Baitullah dan menyentuh mushaf.
Allah berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…” (QS. al-Maaidah: 6)

Balasan Kejujuran Dan Amanah

Saudaraku...
Semoga Allah merahmati kita semua. Amien.
Allah berfirman, artinya, “Maka beritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. al-A’raf: 176).
Rasulullah seringkali berkisah tentang sesuatu kepada para sahabatnya dengan harapan mereka mau mengambil pelajarannya. Untuk itu, kali ini akan kita nukil contoh yang pernah dikisahkan oleh beliau. Semoga kita bisa mengambil pelajarannya.

Sahabat mulia Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Ada seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebuah guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, “Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak membeli emas!, orang yang memiliki emas itu pun menjawab, “Aku menjual tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya. Lalu, keduanya minta keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata, ‘apakah kalian berdua mempunyai anak?’ Salah seorang dari mereka berkata, aku memiliki seorang anak laki-laki. Yang lain berkata, ‘aku mempunyai seorang putri.’ Orang itu lalu berkata, “Nikahkanlah anak laki-laki (mu) dengan putri (nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan bersedekahlah kalian dari padanya!” (Muttafaq ‘alaih).

Abu Hurairah juga meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil yang lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang menghutanginya berkata, “Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutang ini).” Ia menjawab, “cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!,” orang itu berkata, “datangkanlah orang yang menjamin (mu)!” ia menjawab, “cukuplah Allah yang menjaminku!” Orang yang menghutanginya pun lalu berkata, “Engkau benar!” Maka uang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan. (setelah lama) orang yang berhutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluan. Lalu ia mencari kapal yang bisa menghantarkannya karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan dimasukkannya uang 1000 dinar di dalamnya berikut surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia menuju ke laut seraya berkata, “Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan cukuplah Allah sebagai saksi, dan ia pun rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan ia kepada-Mu.” Lalu ia melemparnya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang.

Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uang. Tetapi tiba-tiba ia menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Lalu ia mengambilnya sebagai kayu bakar untuk istrinya. Namun, ketika ia membelah kayu tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Selang beberapa waktu, datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa uang 1000 dinar seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!.” Orang yang menghutanginya berkata, “Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?” Ia menjawab, “Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?” orang yang menghutanginya mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang telah engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung” (HR. al-Bukhari, 4/469, Kitab Kafalah, dan Ahmad)

Demikianlah kisah yang dituturkan oleh Nabi kita Muhammad shallallohu 'alaihi wasallam. Kisah pertama, contoh perilaku orang yang jujur. Adapun yang kedua, contoh orang yang amanat. Dari kedua kisah tersebut diakhiri dengan akibat dan balasan sikap baik yang keduanya miliki. Balasan kejujuran dari orang yang mengatakan sesuatu yang bukan haknya dan mengembalikan barang kepada orang yang memiliki hak tersebut, mendapatkan balasan kenikmatan bagi dirinya bahkan kepada orang yang berada dibawah tanggung jawabnya. Dan balasan sikap amanah orang yang diberi pinjaman dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengembalikannya. Ia mendapatkan kembali harta yang ia pinjam dan kemudian harta tersebut menjadi miliknya. Itulah contoh balasan bagi orang yang bersikap baik dan Allah segerakan balasannya di dunia ini. Sungguh benar apa yang Allah firmankan, yang artinya, “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” ( QS. ar-Rahman : 60 )

Saudaraku…
Adapun balasan di akhirat, Allah menjanjikan kepada orang yang datang kepada-Nya dengan (membawa) kebaikan, akan mendapat balasan yang lebih baik dari kebaikan yang telah ia lakukan di dunia. Dan kita akhiri tulisan ini dengan firman Allah yang artinya, “Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. al-Qashash: 84) (Redaksi)

[Sumber: Kisah-Kisah Nyata tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi’in, Orang-Orang Dulu dan Sekarang, Syaikh Ibrahim bin Abdullah, Darul Haq-Jakarta dengan sedikit tambahan]

Hakikat Taubat

Saudaraku…
Bertaubat merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman, artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya)” (QS. at-Tahriim: 8).

Allah juga berfirman, artinya, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. an-Nur: 31).

Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari” (HR.Muslim, no.2702).

Makna Taubat

Asal makna taubat adalah “ar-ruju’ min adz-dzanbi” (kembali dari kesalahan dan dosa kepada kebenaran dan ketaatan). Adapun taubat nasuha yaitu taubat yang ikhlas, taubat yang jujur, taubat yang benar, dan taubat yang tidak diiringi lagi dengan keinginan berbuat dosa.

Hukum Taubat

Hukum asal sebuah perintah adalah wajib selama tidak ada dalil yang memalingkannya. Dengan demikian, taubat hukumnya adalah “wajib“. Ibnu Qudamah al-Maqdisi mengatakan, “Para ulama sepakat tentang wajibnya bertaubat, karena dosa-dosa itu membinasakan manusia dan menjauhkan manusia dari Allah. Oleh karena itu, wajib segera bertaubat” (Mukhtashar Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah al-Maqdisy)

Faedah Taubat

Saudaraku, –semoga Allah merahmati kalian– ketahuilah bahwa tidaklah Allah memerintahkan sesuatu melainkan ada faedah di balik perintah tersebut, termasuk perintah agar kita bertaubat kepada-Nya, yaitu:
1.Terhapusnya dosa
Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat (dari dosanya) seakan-akan ia tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, no. 4250)

2. Kejelekan diganti dengan kebaikan
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. al-Furqan: 70)

3. Membawa keberuntungan
Allah berfirman, artinya, “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung” (QS. al-Qashash: 67 )

4. Jalan menuju Surga
Allah berfirman, artinya, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun” (QS. Maryam: 60 )

5. Pembersihan Hati
Allah berfirman, artinya, “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan)” (QS. at-Tahriim: 4)

6. Diberi kenikmatan yang baik
Allah berfirman, artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan …” (QS. Huud: 3 )

7. Mendapat kecintaan Allah
Allah berfirman, artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Qs. al-Baqarah: 222)

Waktu Taubat
Taubat hendaknya dilakukan sesegera mungkin setelah seseorang melakukan dosa. Imam an-Nawawi mengatakan, “Para ulama telah sepakat bahwa bertaubat dari seluruh perbuatan maksiat adalah wajib. Wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda, baik dosa tersebut adalah dosa kecil maupun dosa besar.” (Syarh Shahih Muslim, Imam an-Nawawi ).

Taubat bisa dilakukan siang ataupun malam, selama matahari masih terbit dari timur dan nyawa belum sampai di kerongkongan.

Allah berfirman, artinya, “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran, bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih” (QS. an-Nisa: 18)

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari. Dan Allah membuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga mata hari terbit dari barat” (HR. Muslim, no.2759).

Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruhnya) belum sampai di kerongkongan” (HR. at-Tirmidzi, no.3537)

Syarat-Syarat Taubat

Saat Anda hendak melaksanakan shalat Anda harus memenuhi beberapa syarat, seperti: suci badan, pakaian dan tempat, telah masuk waktu, menutup aurat dll. Anda juga harus ikhlash karena Allah semata dan sesuai petunjuk Nabi Muhammad. Supaya shalat Anda diterima Allah bukan?!. Demikian pula halnya dengan taubat. Agar taubat seseorang diterima Allah, maka harus memenuhi syarat-syaratnya.

Para ulama mengatakan, syarat taubat yaitu :
1. Ikhlash karena Allah semata.
2. Berhenti dan berlepas diri dari perbuatan dosa dan maksiat yang ia lakukan.
3. Menyesali perbuatan dosanya tersebut.
4. Bertekad tidak akan mengulangi perbuatan dosanya tersebut.
5. Melakukan taubat sesuai waktu diterimanya taubat (sebelum ruh berada di kerongkongan (sakaratul maut) atau sebelum matahari terbit dari barat)
6. Meminta keridhaan atau mengembalikan hak, jika dosa tersebut ada kaitan dengan hak orang lain. Misalnya, mengambil harta orang lain dengan cara yang batil, maka harus dikembalikan kepada orang yang berhak atas harta tersebut. Jika dosa berupa tuduhan jahat, maka harus meminta maaf kepada orang yang ia tuduh tersebut.

Kita mohon taufik kepada Allah agar Dia menghindarkan kita dari berbuat dosa dan memberikan hidayah untuk bertaubat kepada-Nya, kembali kepada jalan-Nya yang lurus tatkala kita terjatuh ke dalam lembah dosa. Amin...

Akhirnya, kita tutup bahasan ini dengan firman Allah, yang artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 133 )

Allah juga berfirman, artinya, “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. az-Zumar: 53)
Wallahu ‘alam bish shawab (Redaksi)

[Sumber: Dinukilkan dari berberapa sumber]

Salah VS Benar Dalam Memandang Dunia


Saudaraku…
Dunia adalah tempat kita hidup. Manusia di dalam memandang kehidupan dunia terbagi menjadi dua.

Pertama, Pandangan yang tidak benar; dan kedua, Pandangan yang benar. Bagaimanakah pandangan yang tidak benar? dan bagaimana pula pandangan yang benar? Dua pertanyaan ini akan kita jawab dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Saudaraku…
Jawaban atas pertanyaan “Bagaimanakah pandangan yang salah terhadap kehidupan dunia ini?” adalah “Pandangan Materialistis.”

Apa yang dimaksud dengan “Pandangan Materialistis?”
Maksudnya yaitu, pemikiran seseorang yang hanya terbatas pada bagaimana mendapatkan kenikmatan sesaat di dunia, sehingga apa yang diusahakannya hanya seputar masalah tersebut.

Silaturrahim Tumbuhkan Cinta


Sebuah kata yang tak asing di telinga kita, sebuah adat dan kebiasaan yang baik dan mendatangkan pahala bagi pelakunya, sebuah kebiasaan selalu kita lakukan setiap ada waktu dan kesempatan, itulah SILATURAHIM. Silaturahim secara makna adalah menyambung hubungan baik kepada orang terdekat yang masih ada hubungan darah dengan kita, seperti orangtua, kakak, adik, famili dari pihak ayah dan ibu, kerabat ipar dari pihak istri atau suami. Silaturahim merupakan bentuk berbuat baik kepada kerabat dekat yang masih ada pertalian nasab atau ipar, dan berlemah lembut terhadap mereka, berkasih sayang dan menjaga mereka. Allah telah memerintahkan hal tersebut di dalam al-Qur’an, artinya, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim, Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS. an-Nisa: 1)

Kunci-Kunci Rizki

Sebagian besar manusia, baik yang beriman maupun yang tidak, meyakini bahwa rizki itu di tangan Allah, Dialah yang mengatur, Dialah yang memberikan kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dialah pula yang menahan rizki itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Namun, untuk mendapatkan rizki tersebut memerlukan beberapa sebab, baik yang bisa dijangkau maupun yang di luar batas kemampuan akal. Berikut ini, sebagian kunci-kunci rizki yang dipaparkan oleh Syaikh Dr. Fadhl Ilahi dalam bukunya “Mafaatiihu ar-Rizqi Fii Dhau-i al-Kitab wa as-Sunnah.” Semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan, amien. Dan, inilah ringkasannya. yaitu;

Jadilah Kamu Generasi Terbaik Untuk Ummat

Kalau kita bisa mewujudkan idealisme jati diri kita yang sudah kita temukan itu, maka kita bakal tampil sebagai sosok dengan pribadi Islam yang kuat, yang punya misi dan visi hidup yang jelas. Untuk mengaplikasikan idealisme jati diri kita dalam kehidupan sehari-hari, maka kita harus lebih mengenal Islam itu sendiri. Kita harus memperkaya khasanah pemikiran kita dengan hukum-hukum Islam, lalu senantiasa menyandarkan dan mengatur seluruh aktifitas dan amalan kita.

Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berfikir Pada Diri dan Organisasi Anda

Assalaamu'alaikum wr.wb


Sudah kurang lebih 1 jam lebih aku sudah menyelesaikan buku "Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berfikir Pada Diri dan Organisasi Anda" karya M. Ahmad Abdul Jawwad terbitan PT Syaami; Cipta Media setebal 112 halaman. Buku tersebut aku baca dan pahami dan alhamdulillah banyak sekali kandungan yang terdapat pada buku tersebut. Dalam Buku tersebut, Ahmad mengaajak kita untuk berfikir inovasi dan kreativitas agar pada diri kita tidak selalu mengekor (taqlid) kepada seseorang.

Menata Ulang Cita-Cita [ Motivasi Islam ]

Menata Ulang Cita-Cita [ Motivasi Islam ]


Assalaamu'alaikum wr.wb

Pada kesempatan kali ini babahe akan memberikan sedikit tentang Motivasi Islam. Sobat Muda...tidak dapat dipungkiri lagi bahwasannya semua orang ingin melakukan perubahan diri dalam hidupnya. Untuk melakukan perubahan tersebut, sudah barang tentu kita harus banyak melakukan evaluasi atau intropeksi diri, siapapun yang ingin semakin baik dalam hidupnya membutuhkan " cermin "

Jumlah Pengunjung

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes